Rabu, 14 April 2010

Subani dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1940 di Dusun Tegalmerak Desa Sindanghaji Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka. Ia sulung dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Casmat dan Ibunya bernama Nasmi. Hidup dalam keluarga petani yang sangat sederhana.

Tahun 1954 Subani menyelesaikan sekolah rakyat dengan predikat terbaik. Pendidikan SGB yang semula dicita-citakannya hanya diikuti selama tiga bulan. Ia terpaksa berhenti karena pertimbangan ekonomi keluarga.

Sebagai pemuas dahaga dalam mencari ilmu Subani mengikuti Kursus Pemuda Tani yang dijalaninya selama 5 tahun. Subani mendapat pelajaran yang sangat berharga tentang pertanian, perkebunan, kondisi tanah, perikanan, dan peternakan. Kursus yang semula hanya “pelarian” inilah yang kelak membawa Subani meraih kesuksesan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Untuk membiayai kursusnya, Subani menjual seledri dari “kebun gantung seledri” –nya. Ia sendiri yang menjualnya kepasar sambil berangkat kursus.

Nama pemuda Subani mulai dikenal ketika ia melakukan gebrakan penanaman singkong “mukibat” diseluruh sekolah di Kabupaten Majalengka atas jasa seorang Camat yang semula menjadi Kepala Penyuluh saat ia kursus. Singkong hasil perkawinan itu sangat menggiurkan karena ukurannya yang besar. Subani sempat kewalahan menerima pesanan stek hasil rekayasanya.

Pada tanggal 10 Nopember 1962, Subani –penggagas pola tanam tiga kali : padi – padi – palawija – ini mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Jumhuriah gadis tetangga desanya. Selain melanjutkan kiprahnya sebagai petani, ia juga berwiraswasta sebagai pedangan kecil yang kemudian berkembang menjadi sebuah took kelontong. Karena prestasinya dalam bidang pertanuian yang menonjol, tahun 1976 Subani diikut sertakan dalam pelatihan kekaryaan di Kulonprogo Jawa Tengah dan Bali. Pengetahuannya tentang system air dari hasil pelatihan tersebut mendorong Subani untuk membuat sumur pantek sebagai sumber air utama disekitar sawahnya yang tadah hujan. Ternyata usahanya membuahkan hasil. Seluruh sawah tadah hujan disekitarnya mendapat pasokan air yang cukup dari sumur tersebut.

Berawal dari dibentuknya GAKOPTAN, yakni Gabungan Kelompok Tani yang menggarap arel pesawahan seluas ± 1000 hektar yang terdiri dari tiga desa, tanggal 10 Maret 1983 Subani mendirikan Koperasi dengan nama KUD TRISULA dengan memanfaatkan separuh rumahnya sebagai kantor. Pada awal berdirinya KUD Trisula hanya beranggotakan 139 orang dengan jumlah modal simpanan sebesar Rp. 298.175,00. setelah berjalan satu tahun sejak berdirinya, departemen koperasi belum juga meluluskan pinjaman kredit usahanya. Alasannya tak mungkin kelompok tani bias mengelola sebuah KUD. Selanjutnya Subani dibantu oleh badan pengawas M.Iksan mengupayakan KUD Trisula untuk memperoleh status badan hukum.

Ditolak dari Depkop, Subani banting stir mengupayakan kerjasama dengan mitra usaha lain. Akhirnya, KUD Trisula mendapat kepercayaan untuk menjalin kerjasama pertama kali dengan PT. Taman Sari Cirebon sebagai penyalur pupuk. Kepercayaan ini tidak disia-siakan. Terbukti KUD Trisula mampu menjual pupuk pada anggota koperasi dan masyarakat luas dengan omset yang luar biasa.

Keberhasilan tersebut tercium oleh Depkop Kabupaten, maka tawaran dana pun mengalir bukan lagi atas dasar permohonan, tetapi atas dasar tawaran. Pinjaman dana itu dimanfaatkan Trisula untuk bidang usaha pengadaan pangan terutama penanaman padi unggul. Pada tahun 1986 KUD Trisula mendapat penghargaan dari BPPT Jawa Barat atas keberhasilannya memproduksi benih unggul.

Sejak saat itu Subani dan Trisulanya semakin berbenah diri, baik dalam penataan manajerial koperasi maupun dalam bidang pengembangan usahanya. Depkop maupun Dinas Pertanian- pun semakin memperhitungkan keberadaan KUD Trisula. Hingga sejak tahun 1988 berbagai penghargaan pun bermunculan. KUD Trisula mendapat Predikat Koperasi Kelas A, yakni koperasi sangat mantap dari Kankop Kabupaten dan penghargaan KUD terbaik Tingkat Jawa Barat pada sektor Perkebunan. Penghargaan Pelaksana Pembangunan Kesejahteraan Rakyat dari Gubernur Jawa Barat, Penghargaan Pelaksana Demonstrasi Benih Unggul Terbaik dari Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan dari Mentri Pertanian, serta Penghargaan Pelaksana Dembul Padi Terbaik I tingkat nasional. Tahun 1989 KUD Trisula mendapat Predikat KUD Terbaik tingkat Kabupaten dan KTNA terbaik tingkat Jawa Barat. Pada tanggal 1 Juni 1990 dikukuhkan sebagai KUD Mandiri oleh Mentri Koperasi Bustanil Arifien, sedangkan pada tahun 1991 meraih Predikat KTNA Teladan tingkat nasional.

Sejumlah penghargaan terus diperoleh baik atas nama KUD maupun atas nama Subani sendiri. Tahun 1998 dan 1999 berturut-turut meraih predikat KUD Terbaik I Tingkat Jawa Barat dan KUD Teladan dari Gubernur R. Nuriana. Pada t5anggal 17 Oktober 2001 Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri berkenan menganugerahi Subani tanda kehormatan Satyalencana Wira Karya sebagai penghargaan atas darma baktinya yang besar terhadap Negara dan bangsa Indonesia hingga dapat dijadikan teladan bagi orang lain. Disusul pula dengan “Penghargaan Bakti Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah” atas jasa dan Darma Baktinya dalam memajukan perkoperasian nasional. Penghargaan ini disampaikan oleh Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Ali Marwan Hanan pada 10 Juni 2003.

Sejak tahun 1998 KUD Trisula yang memiliki moto membangun “Kelompok Tani Kuat, KUD Sehat” ini telah memiliki 35 Kelompok Tani dengan jumlah anggota hingga 3.368 orang serta memiliki simpanan sebesar Rp. 81.909.650 yang terdiri dari simpanan pokok sebesar Rp. 3.368.000,00, simpanan wajib Rp. 25.438.425, dan simpanan manasuka sebesar Rp. 53.103.225,00. modal keseluruhan KUD dari berbagai bidang usaha telah mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,00. belum lagi mengelola KUT yang mencapai Rp. 200.000.000,00 dan kredit lainnya hingga mencapai Rp. 900.000.000,00 dengan prestasi tanpa tunggakan kredit!

Atas prestasinya dan kecakapannya dalam mengelola KUD tersebut Subani diikut sertakan dalam berbagai even pelatihan, saresehan, seminar, Pekan Tani Nasional (Penas) KTNA, Munas HKTI, serta Kongres Tani Indonesia diberbagai tempat diseluruh Indonesia. Tahun 1989 mnjadi duta Indonesia dan menyampaikan pidato ilmiahnya di depan Asean Farmers Week di Philipina.

Hingga akhir tahun 2003 Subani telah mengantongi lebih dari 50 jenis penghargaan yang berasal dari tingkat Kabupaten ampai tingkat Nasional. Subani juga telah mengikuti berbagai pertemuan ilmiah dan pelatihan baik sebagai peserta, instruktur, maupun narasumber lebih dari 30 kali. Termasuk di dalamnya sebagai nara sumber dalam Aplikasi Paket Tekhnologi Usaha Tani tahun 1995, seminar dan Diseminasi Hasil Litkaji tahun 1998, nara sumber dalam Seminar Nasional Inovasi Agribisnis tahun 2002, nara sumber dalam Temu Konsultasi Teknologi Pertanian tahun 2003, dan nara sumber dalam “Agricultural Extention Activities” pada tahun 2003.

Dengan segudang prestasi tersebut, Subani telah berulang kali menjadi tamu Istana Negara. Demikian pula tak terhitung kunjungan pejabat pemerintah kepada KUD Trisula mulai daru Bupati hingga para Mentri Negara.

Kini sejumlah jabatan bidang koperasi dan bidang pertanian ada ditangannya. Subani yang hanya lulusan Sekolah Rakyat dan pada tahun 1995 telah menunaikan ibadah haji ini sekarang menjabat Ketua Kelompok Tani Tegal Simpur, Ketua KUD Trisula, Ketua DPC Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Majalengka, Wakil Ketua DPD HKTI Propinsi Jawa Barat, Ketua Kelompok Tani Andalan (KTNA) Jawa Barat periode 1999 – 2004, Ketua HKTI Jawa Barat, Anggota Dewan Koperasi Daerah (Dekopinda), serta anggota kelompok KTNI tingkat nasional.


Karena keahliannya dibidang pertanian dan koperasi, Subani di usianya yang lebih dari 8 windu, juga aktif menjadi Dosen Ahli dibeberapa Perguruan Tinggi, antara lain di IPB Bogor dan Unwim Bandung. Selain itu KUD Trisula yang telah mandiri tersebut kini menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) yang kerap dikunjungi oleh pelajar dan kalangan mahasiswa serta para calon instruktur untuk melakukan magang. Baik untuk pengkajian bidang pertanian maupun bidang koperasi.

Disaat dunia perkoperasian Indonesia khususnya KUD-KUD lain terpuruk justru KUD Trisula tumbuh eksis dan berkembang dengan sangat manfaat. Kini garapan KUD Trisula telah merambah dalam berbagai sector dan pengembangannya yang meliputi, sector pertanian (beliau telah mengembangkan Sistem Pertanian Terpadu), sector perkebunan, sector peternakan, sector perikanan, simpan pinjam, serta pelayanan konsumen listrik. Tak heran jika dari berbagai sector usaha tersebut KUD Trisula telah mampu menyumbang Negara melalui pembayaran pajak lebih dari tiga juta rupiah pertahun. Semuanya itu berkat ketabahan, kerja keras, keuletan, disiplin, serta sikap manajerial terbuka dari pendirinya yang setiap kali RAT selalu terpilih kembali sebagai ketua.

Memeng, kegigihan dalam pengabdian Subani tak dapat disangkal lagi. Di usianya yang semakin lanjut ini ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan baik tingkat daerah maupun nasional. Pada pertengahan 2004 Subani tetap menghadiri Penas XI di Sulawesi Utara dalam kondisi sakit. Hingga tak heran kalau disaat-saat Penas berlangsung Subani harus diboyong ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta untuk cek up jantungnya dan dianjurkan dokter untuk beristirahat.

Jadi tak berlebihan jika Subani yang dalam melakukan pengembangan usaha pertaniannya berorientasi pada agribisnis dan agroindustri sekaligus membudayakan petani kembali kepada penggunaan pupuk organik serta menerapkan disiplin waktu yang ketat dalam mengelola koperasi ini, disebut-sebut sebagai seorang Pakar Tani sekaligus Begawan Koperasi. Satu bentuk pengabdian anak bangsa yang langka ditemukan dimasa sekarang ini!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar