Selasa, 03 Agustus 2010

KSP TRISULA Sejahterakan Ribuan Petani

Berawal dari keprihatinan terhadap kesejahteraan petani, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Trisula didirikan. Kini, KSP Trisula menjadi sandaran ribuan petani di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

petani_perempuanPendirian KSP Trisula ini tidak lepas dari Koperasi Unit Desa (KUD) Trisula. Saat itu, pada 1980-an, pengurus KUD Trisula berpandangan, petani adalah kelompok bawah yang selalu kalah oleh sistem dan politik ekonomi. Petani tidak bisa menentukan harga produk pertanian karena sudah diatur para tengkulak. Di sisi lain, kebutuhan pupuk, bibit, dan obatobatan terus naik dengan harga yang ditentukan oleh para pedagang. Petani lemah dan tak memiliki daya tawar.

Atas dasar itu, KUD Trisula membuka unit simpan pinjam (USP) dengan modal awal Rp42.000, hasil iuran simpanan pokok 42 anggota pada 1983. Harapannya, USP ini bisa membantu petani dari sisi permodalan dan kebutuhan sehari-hari. Semangat kebersamaan terus dipupuk hingga jumlah anggota terus bertambah. Pada 2004, anggota USP mencapai 300 orang dengan nilai simpanan pokok Rp15 juta.

Dana itu terus digulirkan ke anggota, tetapi perputarannya lambat karena keterbatasan modal. Kemudian, pengurus USP berupaya mengajukan bantuan keuangan ke perbankan dengan harapan mendapatkan tambahan modal. Setelah berkonsultasi ke perbankan, akhirnya pengurus USP membentuk badan hukum dengan nama KSP Trisula pada 5 Agustus 2004. Nama Trisula adalah kependekan dari “Tertib Rapi Indah Sehat Usaha Lancar Aman”.

Badan hukum telah dibentuk, tapi pengurus KSP Trisula tetap kesulitan mendapatkan bantuan dari bank. Akhirnya, pengurus KSP menggelar kegiatan panen perdana yang dihadiri sejumlah pejabat di Jawa Barat yang diselingi paparan tentang KSP Trisula. Esok harinya, perwakilan beberapa bank mendatangi kantor KSP Trisula di Kecamatan Palasah, Majalengka, menawarkan pinjaman.

KSP Trisula terus tumbuh. Hingga saat ini, dana yang dipinjamkan kepada sekitar 5.000 anggotanya telah mencapai puluhan miliar rupiah per tahun. Tidak mengherankan bila KSP Trisula menjadi gantungan petani di Kecamatan Palasah, Majalengka, bahkan juga bagi penduduk di luar kecamatan ini. Keberhasilan KSP Trisula tak lepas dari tangan dingin Subani. Petani lulusan sekolah dasar (SD) inilah yang menjadi pionir usaha koperasi yang berlokasi di Majalengka tersebut.

Kini, Subani memang tengah terbaring sakit. Namun,saat sehat, semangat Subani tak kalah dengan yang muda. Abah, demikian dia biasa disapa, masih rutin menghadiri berbagai pertemuan yang diadakan di Majalengka. Dia juga kadang menyempatkan diri menghadiri undangan seminar dan berbagai acara koperasi. Salah satu kunci keberhasilan Abah adalah kepiawaian dalam merekrut anggota koperasi.

Hal yang kerap dilakukan Abah, untuk memikat hati calon anggota koperasinya adalah selalu memberikan gula dan teh gratis kepada penduduk yang hadir dalam pertemuan koperasi. Ketika akan merekrut anggota baru koperasi, Abah selalu membawa 100 bungkus gula dan teh. Cara ini ternyata manjur. Tak mengherankan, tiap kali Abah mengadakan pertemuan selalu ramai. Ibaratnya ada gula ada semut. Bagi KSP Trisula, kekuatan koperasi yang sesungguhnya adalah anggota, bukan modal.

Selain itu, kelangsungan hidup koperasi juga ditentukan oleh kemampuan para pengurusnya dalam membuat program-program. Yang juga tidak kalah penting adalah disiplin dari para anggota, terutama dalam melunasi pinjaman. Melalui penerapan manajemen seperti itu, KSP Trisula pun mampu memikat dunia perbankan dalam pengembangan usaha. Bank Negara Indonesia (BNI) akhirnya mengucurkan kredit senilai Rp1 miliar dalam upaya pengembangan usaha koperasi.

Pinjaman itu digulirkan ke anggota koperasi dengan sistem pembiayaan yang bervariasi, mulai dari sistem bagi hasil, tunda jual, dan sebagainya. “Kami memberikan pinjaman dengan sistem tunda jual, maksudnya para petani bisa mendapatkan uang dengan cara menyimpan hasil pertaniannya dengan tidak perlu menjualnya apabila harga produk pertanian sedang murah. Setelah harga mengalami kenaikan, para petani bisa menjualnya langsung lalu pinjaman pokok dibayar dan sisanya dibagi dua dengan koperasi,” terang Ketua KSP Trisula Khoeruman.

Pinjaman itu secara sungguh-sungguh dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal oleh pengurus KSP Trisula. Hal ini ditunjukkan dengan pembayaran yang tidak pernah telat.

Mereka berpedoman pada pohon beringin, apabila pohonnya rindang, siapa pun orangnya akan berteduh di pohon itu. Prinsip ini terus dijaga pengurus KSP Trisula sejak kepengurusan Subani hingga Khoeruman. Koperasi yang awalnya hanya dikelola tiga orang dan kini memiliki 20 karyawan itu telah menerima pinjaman hingga Rp20 miliar. Pinjaman itu selalu dikembalikan tepat waktu.

“Belum selesai pinjaman dibayar, kami sudah diberi tambahan pinjaman. Hingga sekarang ini, kami diberi bantuan pinjaman sebesar Rp20 miliar dari BNI. Alhamdulillah, kami belum pernah telat membayar,” ujar Khoeruman.

Kini Khoeruman bersama koperasinya sudah bisa menempati kantor representatif di kompleks KUD Trisula, Jalan Raya Palasah, Desa Cisambeng, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dalam rangka mengembangkan KSP Trisula, pihaknya terus berupaya menjalin kerja sama dengan berbagai instansi, baik pemerintah maupun nonpemerintah. Di antaranya, KSP Trisula akan bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas.

“Kami akan mendanai seluruh biaya tersebut, lalu pengelolaannya akan bermitra dengan para kelompok petani ternak sapi. Hasilnya,sebagian akan diberikan kepada petani dan sebagian masuk kas KSP,” terang Khoeruman.

1 komentar: